Tuesday 22 March 2016

Blue Bird oh Blue Bird

Terlepas dari semua fitnah yang beredar di Social Media terhadap Blue Bird, aku nggak bisa nggak geleng-geleng kepala terhadap manajemen mereka. 

Sebagai entrepreneur myself, aku ngerti kok, semuanya nggak sesimpel yang dinilai publik. Nggak mudah mengelola perusahaan sebesar Blue Bird, apalagi perusahaan itu makin lama berdiri makin susah buat berubah. Tapiiii..

Tapi gini lho mbak dan mas bos blue bird. The way that you've been leading Blue Bird for the past few years had driven away loyal customers like me. Complain tentang menurunnya kualitas armada, kualitas pengemudi (ini yang paling ngeselin sih), dll kan bukan hal yang baru. Tapi manajemen Blue Bird seperti menutup kuping saja. Entah in Denial atau bagaimana, ada saja alasan yang bisa dilontarkan representatif mereka. Beberapa tahun lalu sih orang ngelus dada aja, tapi sekarang kan banyak pilihan, jadi jangan heran kalau kita mikir, "why should we put up with bad service anymore?"

Business strategy 101 yang sudah aku pelajari lebih dari 1 dekade lalu ngasih pilihan strategy yg bisa diterapkan perusahaan:  milih low quality service -> low price, atau high quality service -> higher price. Nah masalahnya kompetitor Blue Bird ngasih High Quality Service with Low Price, sementara Blue Bird ngasih Low Quality Service with High Price. Kenapa heran kalau penjualannya lama-lama turun? 

Aku setuju kalau masalah tarif ini perlu dibenahi. Tapi percaya apa engga? Kalaupun uber harganya sama dengan Blue Bird, belum tentu orang-orang nggak tetap milih uber, atau grab, atau nebeng.com. Apalagi kalau mobil armada blue bird masih pada bau keringet atau bau rhemason, supirnya selalu sok bilang mau pulang kalo nggak mau nganter ke alamat tertentu, atau masih pada nggak tau jalan (ngotot & galak pula), tukang ck ck kalau macet, belom curhatan panjang tentang penghasilan yang nggak pernah cukup. Nowadays, people buy experience as much as the thing that we sell. Nggak percaya? Liat aja betapa lakunya restoran yang desainnya instagram friendly, atau lokasinya keren, walau makanannya nggak enak. 

Mau nyalahin PPAD? Atau supir-supir armadanya? Itu sama kaya orang tua nyalahin anaknya kalau anaknya bertingkah nggak menyenangkan. It's ridiculus. Please deh, nomer 1 yang bisa dilakukan manajemen : seleksi supir pake DISC aja deh. Itu paling simpel, cuma 10 menit & udah bisa menyingkirkan banyak kandidat yang tukang ngeluh. 
 No 2 : Dengerinlah keluhan pelanggan. Training kek supir-supirnya sebelum diterjunin beneran. Kalau ngga plis deh beliin penyangga HP buat dashboard trus ajarin cara pake Waze atau Google Map. Susah amat sih? 
No 3 : Sediain tolak linu & tolak angin & teh jahe buat supir-supir. Biar kalau nggak enak badan, bisa pakai obat herbal, bukan pakai koyo atau rhemason. 
No 4 : Ajarin kepekaan terutama saat bawa ibu hamil dan anak-anak. Jangan bawa mobil ndet-ndetan, atau sok mau drifting segala. Selain bahaya, mual banget kali.
No 5 : Kalau services udah dibenerin, update aja itu app. Jadi bisa bayar pake kartu kredit, atau kerja sama bareng BCA  & mandiri. Kalau bisa pake E-money atau  debit BCA, itu udah jauh lebih maju berapa langkah dibanding yang lain. 

Nggak semua pembeli itu price concious. Banyak kok yang nyari kenyamanan dan pelayanan dan mau bayar lebih. Jadi kalau kompetitor cuma lebih murah, yailah, masih banyak banget strategi yang bisa kita coba. Contoh aja deh, biar ada low budget airlines, kan airline yg full service juga laku-laku aja. Yang jelas Staying in denial, blaming competitors, blaming anything or anyone nggak akan ngubah apa-apa. Serius banyak yang bisa dicoba selain bilang, oh itu yg gerakin demo dari PPAD, oh itu supirnya udah keluar, oh kalo kita sih semua ikut aturan. Zzzz. Capedeh. If you ain't gonna listen, we ain't gonna be here to hear your bitchin. Y' know what i'm sayin?




11 comments:

  1. Mbak Ninaaa aku appreciate sekali sama tulisan iniii. Solutif banget! Ga cuma buat marketing perusahaan ybs aja, tapi untuk solusi marketing pada umumnya. Intinya kalo emang dinilai costumer jelek, ya gak perlu denial. Toh kalo komplain itu bisa memperbaiki kinerja perusahaan itu sendiri. Ijin untuk share ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Silakan. Please kasih link ke post ini ya. Thank you 🙏🏻

      Delete
  2. Hi Mbak Nina, tulisannya inspiring banget. Mohon izin untuk share juga ya, makasih mbaaa :)

    ReplyDelete
  3. Ka Nina aku ijin share yaaaa. Biar pada aware juga hehe :)

    ReplyDelete
  4. Mbak Nina, this is sooooo true. Ijin share juga boleh :)

    ReplyDelete
  5. Hahahah Niinn, oke bgt dehh.. Setuju gw. Armada taxi msh ada harapan kok, msh ada plus point jg kan mrk, yaitu bebas 3 in 1. If only they would listen...

    ReplyDelete
  6. Saya heran kenapa management Blue Bird begitu kaku menghadapi era digital yang memang semuanya dituntut semakin kreatif. Padahal jika mereka adalah leader atau entrepreneur yang baik, mereka harus dinamis mengikuti perubahan. Setiap waktu perubahan terus ada.
    Dan satu yang harus digaris bawahi, untuk management dan pekerja, ini masalah mind set. Dari proses rekuitment mestinya ini sudah bisa terlihat. Mereka lupa 1 hal, Layaknya investor, konsumen juga punya pilihan. Kalo apa yg mereka tawarkan kurang menarik, ga salah dong kita ambil tawaran yg lebih menarik

    ReplyDelete
  7. Terus emang ASDP mau marah2 gitu krn jembatan banyak yg dibangun ? Mau anarkiss nabrakin kapalnya ke jembatan ? Heloooooo....... nyalahin orang krn takut bersaing ya siap2 gulung karpet deh. Mantab lah pokoke.

    ReplyDelete